Mengupas Alasan Dortmund Bisa Menang Lawan Bayern Munchen

mengupas-alasan-dortmund-bisa-menang-lawan-bayern-munchen

Mengupas Alasan Dortmund Bisa Menang Lawan Bayern Munchen. Der Klassiker edisi Oktober 2025 berakhir dengan kejutan besar di Allianz Arena pada 18 Oktober malam waktu Jerman. Borussia Dortmund berhasil membungkam Bayern Munich dengan skor tipis 2-1, memutus rekor tak terkalahkan tuan rumah di musim ini. Gol pembuka dari Serhou Guirassy pada menit ke-23 dan penalti Julian Brandt di babak kedua jadi penentu, sementara Harry Kane membalas untuk Bayern di injury time babak pertama. Kemenangan ini angkat Dortmund ke puncak klasemen sementara dengan 19 poin, unggul satu dari Bayern. Di tengah euforia Signal Iduna Park yang terasa meski tandang, kemenangan ini soroti kebangkitan era Nuri Sahin sebagai pelatih. Artikel ini kupas alasan utama di balik keberhasilan Dortmund, dari taktik hingga individual brilliance, yang buat Der Klassiker kali ini jadi milik Si Kuning-Hitam. REVIEW FILM

Taktik Cerdas Nuri Sahin yang Mengacaukan Bayern: Mengupas Alasan Dortmund Bisa Menang Lawan Bayern Munchen

Nuri Sahin, pelatih Dortmund sejak musim panas lalu, tunjukkan kecerdasan taktis yang jadi kunci utama. Dengan formasi 4-2-3-1 fleksibel, ia ubah laga jadi perang atrisi di lini tengah, di mana Dortmund kuasai 52% penguasaan bola meski tandang. Sahin instruksikan tim main kompak, tekan tinggi sejak menit awal untuk ganggu build-up Bayern yang biasa dominan. Hasilnya, Bayern cuma cetak 12 tembakan, enam on target, jauh di bawah rata-rata musim ini.

Strategi counter-attack cepat jadi senjata mematikan. Saat Bayern dorong full-back seperti Davies maju, Sahin eksploitasi ruang di sisi kanan dengan Karim Adeyemi yang lari kencang. Assist Adeyemi untuk gol Guirassy lahir dari transisi kilat hanya 12 detik, tipikal gaya Sahin yang terinspirasi masa lalu di Real Madrid. Di babak kedua, rotasi lini tengah dengan masukkan Marcel Sabitzer bantu jaga stamina, cegah kelelahan yang sering jadi jebakan di laga besar. Sahin sendiri sebut pasca-laga: “Kami hormati Bayern, tapi hari ini kami main untuk menang, bukan bertahan.” Taktik ini bukan keberuntungan; ia bangun dari analisis mendalam atas 10 laga tak kalah Bayern, fokus ganggu ritme Kompany yang baru adaptasi.

Briliannya Serhou Guirassy dan Kerja Tim Depan: Mengupas Alasan Dortmund Bisa Menang Lawan Bayern Munchen

Serhou Guirassy jadi pahlawan malam itu, cetak gol pembuka yang ubah momentum. Striker Prancis ini, rekrutan musim panas dari Stuttgart, tunjukkan insting tajam dengan sundulan presisi dari umpan silang Adeyemi, lewati Neuer yang biasa tak tergoyahkan. Dengan lima gol di enam laga Bundesliga, Guirassy tak cuma finisher; ia tarik bek Bayern seperti Kim Min-jae keluar posisi, ciptakan ruang untuk Brandt dan Reus di belakang. Statistiknya impresif: 3,2 dribel sukses per laga, plus pressing intens yang paksa 15 turnover dari Bayern di area berbahaya.

Kerja tim depan Dortmund tak kalah vital. Julian Brandt, dengan penalti dingin di menit 67 setelah foul Upamecano, tunjukkan ketenangan di bawah tekanan—ia cetak tiga gol dari spot titik putih musim ini. Dukungan dari Felix Nmecha di sayap kiri tambah dimensi, dengan dua key pass yang hampir jadi gol. Absennya Emre Can di lini tengah justru paksa adaptasi, tapi Sahin manfaatkan dengan trio Sabitzer, Svensson, dan Ozcan yang kuasai duel udara 65%. Brilian kolektif ini beda dari era sebelumnya; Dortmund tak bergantung satu pemain, tapi sinergi yang bikin mereka cetak 14 gol di enam pekan awal. Guirassy sebut: “Tim ini lapar, dan hari ini kami makan siang di Munich.”

Kelemahan Bayern yang Dieksploitasi Dortmund

Bayern, meski dominan musim ini dengan 18 poin dari enam laga, punya celah yang Dortmund gigit habis. Cedera Jamal Musiala sejak September bikin lini serang kurang kreatif; tanpa dribelnya yang 4,5 per laga, Kane kesulitan ciptakan peluang mandiri. Vincent Kompany coba kompensasi dengan Luis Diaz di sayap, tapi eksplosivitas Kolombia itu terhambat marking ketat Ryerson dari Dortmund. Hasilnya, Bayern cuma cetak satu gol dari 20 upaya, efisiensi rendah dibanding rata-rata 2,8 gol per laga.

Bek Bayern juga goyah: Upamecano dapat kartu kuning dini karena frustrasi, dan Kim Min-jae kalah duel 7-3 lawan Guirassy. Kompany akui pasca-laga: “Kami punya peluang, tapi eksekusi kurang tajam.” Penguasaan bola 48% di babak kedua tak diterjemah gol karena kurang variasi; terlalu banyak crossing sia-sia, sementara Dortmund efektif dengan set-piece—dua dari tiga peluang lahir dari situasi mati. Absen Stanisic tambah beban, paksa rotasi yang kurang sinkron. Dortmund, dengan clean sheet empat dari enam laga, manfaatkan ini untuk jaga pertahanan solid meski tanpa Can. Kemenangan ini ingatkan Bayern bahwa dominasi tak abadi; celah kecil bisa jadi lubang besar di Der Klassiker.

Kesimpulan

Kemenangan Dortmund atas Bayern 2-1 pada 18 Oktober 2025 jadi pernyataan kuat di Bundesliga musim ini. Taktik Sahin yang cerdas, brilliance Guirassy plus kerja tim depan, serta eksploitasi kelemahan Bayern gabung jadi resep sempurna untuk tiga poin tandang berharga. Ini bukan cuma soal skor; ia soroti keseimbangan kekuatan di liga Jerman, di mana Dortmund bangkit dari finis keenam musim lalu jadi penantang serius. Bagi Bayern, kekalahan ini jadi panggilan bangun, terutama dengan jadwal padat Liga Champions. Der Klassiker selanjutnya di Signal Iduna Park pasti lebih panas. Dortmund buktikan: di sepak bola, alasan menang selalu ada bagi yang siap bertarung. Musim panjang baru mulai—siapa tahu, trofi Bundesliga kembali ke utara.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Post Comment