Hasil Akhir Pertandingan Chelsea vs Ajax Amsterdam
Hasil Akhir Pertandingan Chelsea vs Ajax Amsterdam. Stamford Bridge berubah jadi lautan biru yang bergemuruh pada 22 Oktober 2025, saat Chelsea menghajar Ajax Amsterdam 5-1 dalam laga fase liga Liga Champions. Kemenangan telak ini lahir dari kekacauan awal—kartu merah tuan rumah di menit ke-17—dan diakhiri pesta gol dari trio remaja The Blues. Di tengah guyuran hujan deras yang membasahi lapangan, Chelsea tunjukkan kedalaman skuad Enzo Maresca, meski rotasi sepuluh pemain dari laga sebelumnya. Ini kemenangan kedua mereka di kompetisi ini, angkat posisi dari lubang start buruk. Ajax, yang sudah tanpa poin sebelumnya, tambah luka dengan bermain 10 orang sepanjang 73 menit, tapi semangat juang Chelsea lah yang curi malam. Skor akhir itu bukan sekadar angka; ia cerita bangkit tim tuan rumah yang haus poin. INFO CASINO
Momen Kunci yang Ubah Arah Laga: Hasil Akhir Pertandingan Chelsea vs Ajax Amsterdam
Pertandingan langsung panas sejak awal. Hanya 17 menit berlalu, kapten Ajax Kenneth Taylor dapat kartu merah langsung usai tekel keras ke Facundo Buonanotte—VAR konfirmasi pelanggaran serius. Dari tendangan bebas hasilnya, Wesley Fofana sundul bola ke tengah kotak, dan Marc Guiu, starter perdananya musim ini, sikat masuk gol pembuka. Chelsea tak buang waktu: menit ke-27, tembakan Moises Caicedo dari luar kotak defleksi ke Josip Sutalo, lalu melambung masuk lewati kiper Remko Pasveer. Ajax bangkit sebentar lewat penalti di menit ke-35, saat Wout Weghorst eksekusi dingin usai Tosin Adarabioyo foul di kotak terlarang—bola lolos tipis dari genggaman Filip Jorgensen.
Tapi momentum tamu cepat sirna. Weghorst lagi-lagi ceroboh, tekel liar ke Enzo Fernández di menit ke-42, hadiahkan penalti kedua. Fernández, tenang seperti biasa, tendang ke pojok kiri untuk 3-1. Babak pertama tutup dramatis: injury time, Youri Baas trip Estêvão di kotak, penalti ketiga. Remaja Brasil 18 tahun itu ambil bola, tendang ke sudut atas—gol pertamanya di Eropa, angkat skor 4-1 saat peluit babak istirahat. Babak kedua mulai dengan pukulan akhir: menit ke-51, Tyrique George tembak dari pinggir kotak, defleksi lagi, dan masuk sebagai gol kelima. Hujan deras tambah sulit, tapi Ajax tak punya daya lawan dominasi Chelsea yang kuasai bola 62 persen sepanjang laga. Momen-momen ini—dari kartu merah hingga tiga penalti—ubah duel jadi pesta satu sisi, jauh dari kenangan imbang 4-4 enam tahun silam.
Sinar Remaja Chelsea dan Kelemahan Ajax: Hasil Akhir Pertandingan Chelsea vs Ajax Amsterdam
Malam itu milik generasi muda The Blues. Estêvão jadi bintang utama: selain penalti akurat, ia ciptakan assist dan dribel mematikan yang bikin pertahanan Ajax kewalahan—performa terbaiknya sejak gabung. Marc Guiu, 19 tahun, bukti rotasi Maresca berbuah: gol perdana di start pertama, plus pressing tinggi yang ganggu ritme lawan. Tyrique George, juga 19, tutup malam dengan gol kelima, tunjukkan potensi sayap kanan yang tajam. Enzo Fernández dan Moises Caicedo lengkapi midfield solid—satu penalti dingin, satu gol beruntung, plus 85 persen akurasi umpan. Bahkan Filip Jorgensen di gawang selamatkan beberapa tembakan, meski penalti Weghorst lolos. Secara tim, Chelsea tembak 18 kali, delapan on target, kontras dengan enam tembakan Ajax yang mayoritas datang pasca merah.
Ajax, sebaliknya, alami malam buruk. Weghorst cetak satu-satunya gol, tapi dua foulnya hadiahkan penalti—kesalahan fatal yang tekan pelatih. Performa kolektif mereka mandul: penguasaan bola turun ke 38 persen usai kartu merah, dan pertahanan bolong di set-piece. Sutalo dan Pasveer gagal antisipasi defleksi, sementara Taylor’s lunge jadi simbol disiplin longgar. Meski kurang pemain, Ajax coba bertahan, tapi kurang kreativitas di lini depan bikin mereka tak ancam serius. Ini kekalahan ketiga beruntun di fase grup, posisikan mereka di dasar klasemen tanpa poin—tanda skuad Belanda butuh restrukturisasi mendesak.
Dampak Kemenangan bagi Ambisi Musim Chelsea
Hasil ini seperti angin segar bagi Chelsea, yang sempat tersandung di laga pembuka lawan Bayern. Dengan enam poin dari tiga laga, mereka naik ke peringkat tiga grup, selisih gol plus empat—modal kuat jelang duel Benfica bulan depan. Maresca, yang hadapi kritik soal disiplin tim (lima kartu merah di enam laga terakhir), kini dapet pujian atas rotasi cerdas: pemain muda dapat menit, veteran istirahat, tanpa kurangi intensitas. Ini bukti kedalaman skuad yang dibangun musim panas—Estêvão dan kawan tak cuma janji, tapi hasil nyata. Di Premier League, momentum ini bisa dorong mereka ke papan atas, terutama usai menang tipis atas Nottingham Forest akhir pekan.
Bagi Ajax, 5-1 ini pukulan berat: nol poin, moral tim anjlok, dan tekanan ke pelatih naik. Mereka butuh kemenangan lawan tim lemah untuk pulihkan kepercayaan, tapi tren buruk ini ingatkan era sulit pasca dominasi dulu. Secara luas, laga ini tunjukkan evolusi taktik Maresca: pressing tinggi ciptakan penalti, transisi cepat hasilkan gol—resep sukses di kompetisi ketat. Kehadiran 38.947 penonton di Stamford Bridge tambah euforia, meski cuaca buruk. Kemenangan ini bukan akhir, tapi batu loncatan bagi Chelsea ke babak knockout.
Kesimpulan
Chelsea tak sekadar menang 5-1 atas Ajax; mereka pesta gol yang lahir dari disiplin lawan dan bakat muda sendiri. Dari kartu merah Taylor hingga penalti Estêvão, malam Stamford Bridge jadi cerita dominasi The Blues di bawah guyur hujan. Trio remaja—Guiu, George, Estêvão—buktikan masa depan cerah, sementara Ajax pulang dengan luka dalam. Enzo Maresca punya alasan tersenyum: poin berlimpah, skuad solid, dan momentum naik. Di panggung Liga Champions yang brutal, kemenangan ini ingatkan: talenta plus taktik bisa hancurkan raksasa. Chelsea siap tempur lebih jauh, sementara Ajax harus bangkit dari abu. Malam London itu milik biru, penuh janji trofi.
Post Comment