Keberuntungan Persik Kediri Lawan Persebaya Terlunta-lunta
Keberuntungan Persik Kediri Lawan Persebaya Terlunta-lunta. Pekan ke-12 BRI Super League 2025/2026 menyimpan drama besar bagi Derby Jatim antara Persik Kediri dan Persebaya Surabaya. Laga yang dijadwalkan pada 7 November 2025 di Stadion Brawijaya, Kota Kediri, kini terancam batal total. Nasib pertandingan ini terlunta-lunta setelah Polres Kediri Kota menolak pemberian izin, dengan alasan fasilitas stadion tak memenuhi standar keamanan. Nilai asesmen risiko hanya 42,8 persen, jauh di bawah ambang batas 60 persen untuk kompetisi Liga 1. Ini bukan sekadar urusan administratif; Derby Jatim selalu jadi magnet konflik antar-suporter, dan keamanan jadi prioritas utama. Persik, yang sedang berjuang di papan tengah dengan rekor tiga menang dua kalah dari lima laga terakhir, butuh poin ini untuk naik peringkat. Sementara Persebaya, tuan rumah sejati di kompetisi, datang dengan moral tinggi setelah dua kemenangan beruntun. Tapi kini, sorotan bergeser ke kekacauan logistik yang bikin penggemar kecewa. Apa yang sebenarnya terjadi di balik penolakan ini, dan bagaimana dampaknya bagi kedua tim? REVIEW KOMIK
Masalah Keamanan di Stadion Brawijaya: Keberuntungan Persik Kediri Lawan Persebaya Terlunta-lunta
Stadion Brawijaya, markas kebanggaan Persik, gagal lolos uji keamanan ketat yang dilakukan pada 10 September 2025. Hasil asesmen menunjukkan skor rendah di berbagai aspek, mulai dari infrastruktur fisik hingga sistem pengamanan. Kapolres Kediri Kota, AKBP Anggi Saputra Ibrahim, tegas menyatakan bahwa stadion tak layak untuk laga berisiko tinggi seperti Derby Jatim. “Kami tak mau ambil risiko yang bisa membahayakan keselamatan penonton, pemain, maupun ofisial,” ujarnya. Masalah utama meliputi kondisi lapangan yang belum rata, drainase buruk yang rawan banjir, serta fasilitas medis dan toilet yang kurang memadai. Tribune juga butuh pengecatan ulang untuk visibilitas, sementara pencahayaan LED sudah usang dan berpotensi gagal saat malam hari.
Ini bukan pertama kalinya Stadion Brawijaya bermasalah. Musim lalu, laga serupa sempat digeser ke venue netral karena isu serupa. Tapi kali ini, tekanan lebih besar karena jadwal padat liga yang tak memberi ruang mundur. Persik sudah gelar latihan intensif di stadion itu, tapi kini pemain seperti striker andalan mereka harus adaptasi dengan ketidakpastian. Persebaya, dari sisi lain, siap datang dengan skuad lengkap meski tanpa dua pemain kunci karena skorsing. Penolakan izin ini langsung picu keresahan di kalangan suporter Macan Muda, yang sudah siapkan koreografi khusus. Tanpa laga ini, ritme tim bisa terganggu, apalagi Persik cuma selisih tiga poin dari zona aman degradasi.
Penolakan dari Empat Kota Alternatif: Keberuntungan Persik Kediri Lawan Persebaya Terlunta-lunta
Tak mau pasrah, panitia pelaksana Pertandingan (Panpel) Persik langsung cari solusi darurat. Mereka hubungi empat stadion di Jawa Timur sebagai cadangan: Gelora Joko Samudro di Gresik, Gelora Delta di Sidoarjo, Surajaya di Lamongan, dan Gelora Madura Ratu Pamelingan di Pamekasan. Sayangnya, keempatnya tolak permintaan dengan alasan serupa—takut risiko keamanan dan konflik suporter. Gresik khawatir lalu lintas suporter Persebaya yang datang dari Surabaya bakal macetkan wilayah, sementara Sidoarjo bilang fasilitasnya belum siap untuk laga derby sebesar ini. Lamongan dan Pamekasan juga angkat tangan, mengingat sejarah bentrokan antar-fans di pertemuan sebelumnya.
Ketua Panpel Persik, Tri Widodo, akui kekecewaan ini. “Kami sudah usahakan semaksimal mungkin, tapi respons negatif dari keempat kota bikin opsi menipis,” katanya. Ini ironis, karena Derby Jatim seharusnya jadi pesta sepak bola regional yang bangkitkan ekonomi lokal. Alih-alih, kini jadi beban bagi pemerintah daerah yang enggan ambil tanggung jawab. Persebaya, lewat pernyataan resmi, sebut situasi ini “tak adil” bagi jadwal mereka, tapi tetap siap ikut proses relokasi jika diperlukan. Dampaknya? Penggemar Persebaya yang sudah beli tiket perjalanan ke Kediri kini bingung, sementara suporter Persik protes di media sosial soal ketidaksiapan tuan rumah.
Upaya Perbaikan dan Respons dari Pihak Terkait
Meski penolakan datang bertubi-tubi, Persik tak tinggal diam. Pemerintah Kota Kediri percepat renovasi darurat di Stadion Brawijaya, target selesai 4 November 2025. Pekerjaan mencakup perbaikan ruang ganti pemain dan wasit, area siaran, fasilitas medis, toilet, pengecatan tribune, pembersihan drainase, peng ratan lapangan, pemeliharaan rumput, serta penggantian lampu LED. Tri Widodo puji komitmen Pemkot, bilang ini bukti dukungan kuat bagi klub lokal. “Kami harap asesmen ulang bisa lewati ambang batas, supaya laga tetap di rumah,” tambahnya.
Pelatih Persik, Joko Susilo, fokus jaga mental pemain. “Situasi seperti ini ajarin kami adaptasi, yang penting siap main di mana pun,” ujarnya. Persebaya, di bawah pelatih baru mereka, juga rotasi skuad untuk antisipasi perubahan venue. Liga sendiri belum keluarkan keputusan final, tapi rumor bilang opsi netral di luar Jatim seperti Solo atau Jogja jadi andalan terakhir. Ini pelajaran berharga bagi kompetisi: infrastruktur stadion harus prioritas, bukan urusan sampingan. Tanpa itu, laga-laga bergengsi seperti ini bakal terus terlunta-lunta, rugikan semua pihak.
Kesimpulan
Nasib Derby Jatim Persik Kediri lawan Persebaya yang terlunta-lunta ini jadi pengingat pahit soal tantangan liga domestik. Penolakan izin di Stadion Brawijaya dan empat kota alternatif tunjukkan betapa rumitnya urus keamanan di sepak bola Indonesia. Upaya renovasi Pemkot Kediri patut diapresiasi, tapi waktu mepet dan risiko tetap ada. Bagi Persik, ini ujian ketangguhan; bagi Persebaya, kesempatan bukti dominasi. Penggemar berharap laga ini tetap digelar, entah di mana, demi pesta bola yang layak. Jika batal, itu kerugian besar bagi Super League yang sedang bangkit. Solusinya? Investasi serius di infrastruktur, supaya derby seperti ini tak lagi jadi mimpi buruk. Pekan ke-12 ini tunggu twist akhir, tapi yang pasti, semangat Jatim tetap menyala.


Post Comment