Meskipun Haaland Cetak Dua Gol, Man City Masih Belum Menang

meskipun-haaland-cetak-dua-gol-man-city-masih-belum-menang

Meskipun Haaland Cetak Dua Gol, Man City Masih Belum Menang. Malam Champions League di Stade Louis II berubah dari euforia menjadi kekecewaan bagi Manchester City. Pada 1 Oktober 2025, The Citizens ditahan imbang 2-2 oleh AS Monaco, meski Erling Haaland tampil ganas dengan brace di babak pertama yang sempat bikin City unggul 2-0. Gol pembuka Haaland di menit 10 dari umpan Rodri, diikuti sundulan mematikan di menit 28, tunjukkan ketajaman sang monster Norwegia. Tapi, babak kedua jadi mimpi buruk: Monaco bangkit lewat gol Soungoutou Magassa di menit 65, lalu penalti krusial Eric Dier di injury time cabut tiga poin dari tangan Pep Guardiola. Ini laga kedua City di fase grup musim ini, setelah kemenangan meyakinkan atas Inter Milan. Bagi Haaland, yang kini punya 52 gol di 50 laga Liga Champions, hasil ini pahit. “Ini tidak cukup bagus,” katanya pasca-laga. Mari kita kupas kenapa City gagal menang meski bombernya on fire. BERITA BOLA

Performa Gemilang Haaland dan Serangan City: Meskipun Haaland Cetak Dua Gol, Man City Masih Belum Menang

Erling Haaland lagi-lagi jadi pusat perhatian, tapi kali ini dengan nada getir. Dua golnya di Monaco bukan kebetulan—ia manfaatkan kelemahan lini belakang tuan rumah yang rapuh di bola mati dan transisi. Gol pertama lahir dari pressing tinggi City yang khas, di mana Rodri curi bola dan Haaland finis dingin dari jarak 12 meter. Yang kedua, sundulan header dari umpan silang Phil Foden, bukti dominasi udara sang striker: ia menang delapan dari sepuluh duel udara sepanjang laga. Statistik babak pertama: City kuasai bola 68 persen, ciptakan 12 tembakan, dan Haaland sentuh bola 22 kali di area penalti lawan.

Ini bagian dari start musim Haaland yang brutal: 17 gol di 10 laga klub dan timnas, termasuk hat-trick lawan West Ham di Premier League akhir pekan lalu. Guardiola puji, “Erling seperti mesin, tapi kami butuh lebih dari itu.” Serangan City memang mematikan—Foden dan Bernardo Silva tambah kreativitas, sementara Kevin De Bruyne mulai tunjukkan sentuhan magis pasca-cedera. Tapi, meski Haaland cetak brace, City gagal konversi peluang lain: tiga kesempatan emas dari Foden dan Jeremy Doku terbuang. Ini tunjukkan ketergantungan pada Haaland, meski tim punya skuad bintang. Di babak pertama, Monaco terlihat kewalahan, tapi City lengah—mereka anggap kemenangan sudah di tangan.

Kelemahan Babak Kedua dan Masalah Pertahanan

Babak kedua jadi titik balik yang menyakitkan. City mulai lamban, kehilangan struktur setelah Guardiola ganti De Bruyne dengan Mateo Kovacic di menit 60—langkah yang dimaksudkan rotasi, tapi malah bikin lini tengah lemah. Monaco, di bawah Adi Hütter, bangkit dengan pressing agresif: Magassa samakan kedudukan lewat tembakan jarak jauh yang lolos Josko Gvardiol. City kebobolan dua gol dari situasi set-piece, sesuatu yang jarang terjadi musim lalu. Penalti Dier di menit 92, setelah Manuel Akanji tangani bola di kotak penalti, jadi pukulan telat—kiper Ederson bahkan protes VAR.

Haaland sendiri frustrasi: “Babak kedua tidak perlu seperti itu, kami buang poin sia-sia.” Statistik kedua 45 menit: penguasaan bola City turun ke 55 persen, intersepsi Monaco naik 40 persen, dan City cuma cetak satu tembakan on target. Pertahanan City, yang biasa solid dengan Ruben Dias dan Nathan Ake, goyah karena kelelahan—mereka jalani jadwal padat dengan laga liga akhir pekan. Monaco manfaatkan ini: gelandang mereka seperti Denis Zakaria dominasi duel, sementara sayap Takumi Minamino ciptakan ancaman konstan. Ini bukan pertama kalinya City tersandung di Eropa musim ini; seri ini ingatkan kekalahan mereka lawan Arsenal di Community Shield Agustus lalu. Singkatnya, meski Haaland on fire, tim keseluruhan kurang klinis di akhir.

Implikasi untuk Manchester City di Kompetisi Musim Ini

Hasil imbang ini tak hancurkan semangat City, tapi beri pelajaran berharga. Di Grup C Liga Champions, City masih puncak dengan empat poin dari dua laga, unggul selisih gol atas Inter dan Monaco. Tapi, dengan jadwal tandang ke Santiago Bernabeu lawan Real Madrid akhir bulan, Guardiola harus perbaiki rotasi—skuadnya mulai tunjukkan tanda kelelahan setelah start sempurna di Premier League, di mana mereka unggul delapan poin dari Arsenal. Haaland, meski cetak gol, bilang “saya tidak mikir rekor, yang penting tim menang”—sikap ini positif, tapi tekanan padanya tambah karena De Bruyne dan Jack Grealish masih adaptasi pasca-cidera.

Bagi Monaco, ini poin moral besar sebagai tim Prancis yang haus Eropa. Bagi City, ini alarm: mereka tak boleh anggap enteng lawan underdog. Di Premier League, laga berikutnya lawan Fulham bisa jadi kesempatan balas dendam, tapi fokus CL krusial untuk target treble lagi. Guardiola rencanakan sesi recovery intensif minggu ini, dengan tambahan Mateo Kovacic dan Ilkay Gundogan di lini tengah. Secara keseluruhan, seri ini tak ubah status City sebagai favorit juara, tapi ingatkan: sepak bola tim, bukan satu pemain. Haaland cetak dua gol, tapi kemenangan butuh kolektif.

Kesimpulan: Meskipun Haaland Cetak Dua Gol, Man City Masih Belum Menang

Meski Erling Haaland cetak brace brilian, Manchester City pulang dari Monaco dengan satu poin yang terasa seperti kekalahan. Dari dominasi babak pertama hingga ambruk di injury time, laga ini tunjukkan kekuatan dan kelemahan The Citizens: ketajaman individu kontras inkonsistensi tim. Haaland tetap monster, tapi Guardiola harus benahi pertahanan dan rotasi agar mimpi Liga Champions tak pupus. Di tengah jadwal gila, ini jadi pengingat—City tak terkalahkan jika solid. Pekan depan, Fulham tunggu; saatnya bukti. Bagi fans biru, tetap optimis: Haaland lapar, dan City selalu bangkit.

 

BACA SELENGKAPNYA DI…

Post Comment