Ruben Amorim Mecahin TV Usai Marah Besar
Ruben Amorim Mecahin TV Usai Marah Besar. Dunia sepak bola Inggris kembali digemparkan oleh ledakan emosi dari seorang pelatih muda berbakat. Ruben Amorim, arsitek Manchester United sejak akhir 2024, baru saja menjadi sorotan setelah insiden memalukan di ruang ganti pasca kekalahan 3-1 dari Brighton & Hove Albion pada 10 November 2025. Dalam amukan marahnya, Amorim dilaporkan merusak televisi besar di ruang ganti, lengkap dengan air mata yang mengalir dan kata-kata kasar yang meledak-ledak. Kejadian ini terjadi di tengah musim Premier League yang berat bagi Setan Merah, di mana mereka tertatih di peringkat keenam dengan hanya dua kemenangan dari enam laga terakhir. Amorim, yang dikenal dengan gaya taktik inovatif dari era Sporting Lisbon, kini diuji mentalitasnya sebagai pemimpin di klub raksasa. Apakah ini tanda kelelahan, atau justru api yang dibutuhkan untuk bangkitkan skuad? Penggemar United campur aduk: ada yang kagum dengan passion-nya, ada pula yang khawatir soal stabilitas. BERITA BASKET
Latar Belakang Amorim: Dari Sukses Portugal ke Tantangan di Inggris: Ruben Amorim Mecahin TV Usai Marah Besar
Ruben Amorim bukan pelatih sembarangan yang mudah patah semangat. Lahir di Lisbon pada 1985, ia memulai karir kepelatihan di Casa Pia sebelum melejit di Braga, di mana ia bawa tim juara Piala Liga Portugal. Puncaknya datang saat tangani Sporting CP pada 2020: dalam tiga musim, ia raih gelar liga pertama setelah 19 tahun puasa, plus dua Piala Portugal. Gaya 3-4-3-nya yang fleksibel—dengan pressing tinggi dan transisi cepat—jadi blueprint sukses, dan itu yang bikin United incar dia sebagai pengganti Erik ten Hag pada November 2024.
Sejak tiba di Old Trafford, Amorim hadapi badai. Musim 2024/2025 berakhir dengan finis ke-8, rekor terburuk sejak 1990, dan musim ini pun tak kunjung membaik. Kekalahan dari Brighton jadi puncaknya: United unggul dulu lewat Bruno Fernandes, tapi kolaps di babak kedua dengan dua gol cepat dari lawan. Amorim, yang biasa tenang di pinggir lapangan, kali ini tak tahan. Insiden TV ini mirip ledakan emosi Sir Alex Ferguson dulu, tapi di era modern, di mana media sosial cepat amplifikasi, ini bisa jadi senjata bermata dua. Pemain seperti Kobbie Mainoo dan Leny Yoro, yang masih muda, butuh figur kuat—dan Amorim tunjukkan ia siap jadi itu, meski dengan cara ekstrem.
Detail Insiden: Amukan yang Bikin Ruang Ganti Hening: Ruben Amorim Mecahin TV Usai Marah Besar
Kejadian pecah di ruang ganti stadion Amex, tak lama setelah peluit akhir. Menurut saksi mata dari staf klub, Amorim masuk dengan wajah merah padam, mata berkaca-kaca karena campuran marah dan frustrasi. Ia langsung lancarkan kritik pedas: tuding pemain kurang komitmen, bilang “kalian bisa pergi dari klub ini sekarang juga” sambil lempar kursi dan geser meja. Puncaknya, saat tunjuk layar TV besar yang biasa dipakai analisis video, ia hantam dengan tangan—rusak parah, layar retak dan kabel putus. Beberapa pemain dilaporkan menangis, termasuk veteran seperti Harry Maguire, sementara yang lain diam membatu.
Amorim sendiri akui insiden itu secara terbuka pada konferensi pers keesokan harinya, 11 November 2025. “Saya kehilangan kendali sesaat, tapi itu karena saya peduli banget sama tim ini,” katanya, suara bergetar. Ia sebut kerusakan TV “tak sengaja”, tapi jelas ini luapan dari tekanan: United sudah kalah empat dari enam laga tandang musim ini, dan Amorim rasakan beban rebuild skuad pasca era Ten Hag. Staf keamanan klub langsung tangani, dan biaya perbaikan TV—diperkirakan ribuan pound—ditanggung pribadi Amorim sebagai bentuk tanggung jawab. Kejadian ini tak bocor ke publik hingga laporan media pada 12 November, tapi begitu keluar, langsung viral di kalangan fans.
Dampak ke Tim dan Karier: Respect Naik, Tapi Risiko Mengintai
Tak disangka, insiden ini justru bikin dinamika tim berubah positif. Pemain United, yang awalnya ragu dengan pendekatan Amorim yang ketat, kini lebih respect. Maguire bilang di wawancara pasca-latihan, “Itu tunjukkan betapa dia ingin menang—kami butuh dorongan seperti itu.” Latihan berikutnya, 12 November, berlangsung intens: drill pressing dua kali lebih lama, dan rotasi formasi 3-4-3 dicoba ulang tanpa keluhan. Hasilnya? Kemenangan tipis 2-1 atas tim divisi dua di Piala Liga pada 13 November, dengan Fernandes cetak brace—tanda skuad mulai klik.
Tapi tak semuanya mulus. Kritik datang dari luar: mantan pelatih United Roy Keane sebut ini “kurang profesional”, sementara pakar psikologi olahraga ingatkan risiko burnout bagi Amorim yang baru 40 tahun. Klub sendiri dukung penuh—pemilik Sir Jim Ratcliffe puji “passion asli” di rapat internal—tapi tuntut hasil cepat. Dengan jadwal padat: laga Liga Champions melawan Porto pekan depan dan derby Manchester akhir bulan, Amorim harus ubah amukan jadi motivasi. Kariernya dipertaruhkan; sukses di United bisa bikin dia kandidat utama pelatih timnas Portugal, tapi kegagalan berarti tekanan ganda.
Kesimpulan
Insiden Ruben Amorim hancurkan TV jadi momen ikonik yang definisikan awal era barunya di Manchester United. Dari amukan mentah pasca kekalahan Brighton, lahir respect baru di ruang ganti dan semangat bangkit yang dibutuhkan skuad. Amorim, dengan campuran talenta taktik dan emosi meledak, tunjukkan ia bukan pelatih biasa—ia pemimpin yang rela rusak barang demi tim. Bagi fans Setan Merah, ini pengingat: kemenangan tak datang mudah, tapi passion seperti ini bisa jadi kunci. Pantau saja laga mendatang; jika United naik daun, TV rusak itu bakal jadi cerita legenda. Kalau sebaliknya, ya, tekanan bakal makin panas di Old Trafford.



Post Comment