Respon Amorim Mengenai Kekalahan MU di Old Trafford
Respon Amorim Mengenai Kekalahan MU di Old Trafford. Malam yang mengecewakan di Old Trafford saat Manchester United menjamu Everton di pekan ke-12 Liga Utama Inggris musim 2025/26. Pada 24 November 2025, tepat setahun setelah Ruben Amorim memulai era kepelatihannya, tuan rumah kalah 0-1 dari tim tamu yang bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-13 akibat kartu merah absurd Idrissa Gueye yang menampar rekan setimnya, Michael Keane. Gol indah Kiernan Dewsbury-Hall di menit ke-29 jadi penentu, meski tuan rumah dominasi penguasaan bola hingga 68 persen dan lepaskan 18 tembakan. Ini rekor memalukan: pertama kalah di kandang lawan tim minus satu orang, memutus rentetan tak terkalahkan lima laga. Amorim, yang tampak frustrasi sepanjang pertandingan, beri respons jujur pasca-laga—akui Everton lebih baik dan salahkan kurangnya intensitas timnya. Kekalahan ini jatuh di posisi 10 klasemen dengan 18 poin, setara Everton di peringkat 11, tapi soroti masalah kronis yang Amorim sendiri akui butuh perbaikan mendesak. INFO CASINO
Frustrasi Amorim di Pinggir Lapangan: Respon Amorim Mengenai Kekalahan MU di Old Trafford
Amorim tak bisa sembunyikan emosinya sejak awal laga. Saat Manchester United kesulitan merebut bola balik di babak pertama, ia lambaikan tangan lebar-lebar dan teriak ke arah pemainnya, tuntut lebih banyak energi. Ini kontras dengan euforia pra-laga, di mana ia bicara soal perpanjang unbeaten run menjadi enam laga. Kartu merah Gueye seharusnya jadi momen keuntungan, tapi Amorim justru tampak iritasi saat timnya kikuk manfaatkan keunggulan numerik. “Mereka terlihat lambat, seperti tak lapar,” katanya dalam wawancara singkat di pinggir lapangan. Ia ganti Noussair Mazraoui dengan Mason Mount di interval untuk tambah kreativitas, tapi terlambat—tekanan baru naik setelah menit ke-70. Amorim bahkan berdiri diam saat peluang sundulan Joshua Zirkzee digagalkan Jordan Pickford, wajahnya mencerminkan kekecewaan mendalam. Respons ini tak hanya soal satu laga; ia ingatkan pada “badai” yang ia prediksi saat awal menangani tim setahun lalu, dan malam itu rasanya badai datang lagi.
Respons Pasca-Laga: Pengakuan Jujur dan Kritik Diri: Respon Amorim Mengenai Kekalahan MU di Old Trafford
Dalam konferensi pers pasca-pertandingan, Amorim tak cari alasan berlebih meski cedera Matheus Cunha dan Benjamin Sesko jadi pukulan. “Everton pantas menang, baik dengan 11 atau 10 pemain,” ujarnya tegas, akui lawan lebih intens sejak menit pertama. Ia salahkan timnya: “Saya rasakan sejak awal kami tak ada di sana dengan intensitas sama—kami tak bisa ubah dominasi jadi gol.” Amorim soroti kurangnya urgensi, setuju dengan mantan bek Rio Ferdinand yang sebut performa “familiar” dan “painful” seperti masa lalu. “Ini seperti kembali ke perasaan musim lalu,” tambahnya, khawatir momentum Oktober yang bagus pudar. Ia puji disiplin Everton di bawah David Moyes, tapi tekankan tanggung jawab pemain: “Mereka harus fight satu sama lain seperti Gueye dan Keane—tapi dengan benar.” Respons ini brutal jujur; Amorim tak ambil penuh blame, tapi dorong introspeksi, sebut ini “pelajaran mahal” untuk hindari lubang lebih dalam.
Dampak Cedera dan Strategi yang Mandul
Amorim sentuh isu cedera sebagai faktor, tapi tak jadikan kambing hitam. Tanpa Cunha dan Sesko, lini depan bergantung Zirkzee yang start pertama musim ini, tapi sia-siakan dua sundulan krusial. “Kami punya peluang, tapi tak tajam—itu PR besar,” katanya. Formasi 3-4-3 andalannya, dengan back three Leny Yoro, Matthijs de Ligt, dan Luke Shaw, justru mandul: crosses berulang ke kotak penalti Everton yang rapat tak beri hasil, seperti kritik Gary Neville soal kurangnya presence di box. Amorim akui taktik perlu adaptasi lawan tim bertahan: “Kami terlalu lambat, harus lebih cepat side-to-side.” Ia rencana rotasi skuad akhir pekan lawan Crystal Palace, tapi khawatir Afcon nanti ambil Bryan Mbeumo dan Amad Diallo. Responsnya tunjukkan ia paham masalah struktural—bukan hanya satu kekalahan, tapi pola yang butuh perubahan untuk bidik top-four.
Reaksi Pemain dan Sorotan Eksternal
Amorim sebut Bruno Fernandes frustrasi, lempar sarung tangan setelah tembakannya melambung, sementara Kobbie Mainoo tampak lesu pasca-jeda internasional. “Pemain kunci harus bangun, ini tanggung jawab bersama,” ujarnya, dorong mentalitas fight seperti Everton. Eksternal, Ferdinand bilang “no urgency” dan Amorim setuju, sementara Moyes puji timnya “bertarung seperti singa.” Suporter tuan rumah tiup peluit di akhir, tambah tekanan. Amorim tanggapi dengan tenang: “Kami tak boleh settle—good days coming, tapi butuh kerja keras.” Ini respons matang, hindari panic meski posisi 10 klasemen alarm merah, tertinggal enam poin dari zona Eropa.
Kesimpulan
Respons Amorim pasca-kekalahan dari Everton penuh kekecewaan tapi realistis: akui lawan lebih baik, salahkan kurang intensitas, dan tuntut perubahan cepat. Dari teriakan di pinggir lapangan hingga pengakuan “mereka pantas menang,” ia tunjukkan komitmen bangun tim lebih tangguh. Ini bukan akhir era, tapi panggilan bangun—dengan cedera dan jadwal padat, Amorim punya waktu uji janjinya soal “good days.” Old Trafford butuh respons lapangan selanjutnya; kalau tak, badai musim lalu bisa kembali. Yang pasti, Amorim tetap yakin, asal skuad fight dengan hati.



Post Comment